Oleh : H. Ahmad Haidar. ( pemerhati sejarah OKU )
![]() |
Letak Baturaja di Peta Sumatera |
Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam ( 1659 – 1823
), secara administratif kabupaten
OKU belum tertata seperti
pemerintahan sekarang ini. Pada masa itu
baru ada Pemerintahan Dusun yang
dikepalai oleh seorang Kerio dan
Pemerintahan Marga yang dikepalai oleh seorang Pasirah.
Pada tahun 1821
Sultan Mahmud Badaruddin II dikalahkan Belanda, beliau ditangkap dan diasing ke
Ternate sampai wafat disana, pun demikian juga sultan penggantinya Sultan Ahmad Najamuddin III pada tahun 1823 dikalahkan dan ditangkap
Belanda , sultan Ahmad Najamuddin III diasingkan ke Flores. Dengan
diasingkannya kedua Sultan terakhir ini Kesultanan Palembang menjadi lemah dan
dengan mudah Kolonial Belanda menguasai Kesultanan Palembang dan secara resmi
pada tanggal 7 Oktober 1823 kesultanan
Palembang dihapus oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Secara bertahap dan
perlahan Belanda mulai menguasai daerah
uluan ( pedalaman ) yang kaya dengan
hasil hutan dan hasil buminya. Daerah Kabupaten OKU baru dapat dikuasai Belanda
kira-kira pada tahun 1860 dan daerah Aji Lawang ( Muaradua ) pada tahun 1874.
Sistem
pemerintahan desa pada zaman Kesultanan Palembang tetap dipertahankan oleh
Pemerintah Belanda yang tentu saja dibuatkan peraturan-peraturan baru yang meng-
untungkan pihak Belanda.
Untuk meningkatkan
kwalitas atas kontrol jalannya pemerintahan, Kolonial Belanda menetapkan
wilayah bekas Kesultanan Palembang
menjadi Daerah Adiministratif Keresidenan Palembang dengan kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang Residen
bangsa Belanda yang berkedudukan di kota Palembang.

Namun dengan
pertimbangan social politik dan ekonomi pada tanggal 29 Juli 1910, ibu kota Afdeeling Komering
Oeloe, Ogan Oeloe en Enim en de Ranau Districten dipindah kan Pemerintah
Kolonial Belanda dari Muaradua ke kota BATURAJA, serta merobah namanya menjadi
Afdeeling Ogan en Komering Oeloe, sejak itulah seluruh administrasi pemerintahan
diatur dan dipusatkan di Baturaja dengan demikian Asisten Residen ikut pindah juga dan
bertempat tinggal di rumah Bupati sekarang ini.
Seiring dengan
perkembangan zaman dan untuk memudahkan
jalannya roda pemerin tahan, kolonial Belanda
membagi Afdeeling-Afdeeling
menjadi daerah daerah Onder
Afdeeling ( Kewedanaan ) yang dikepalai oleh seorang Belanda dengan
jabatan sebagai Controleir ( konteril ) yang dibantu oleh seorang bangsa
pribumi dengan jabatan Demang ( Wedana ), Onder Afdeeling dibagi lagi menjadi
beberapa onderdistrict yang dikepalai oleh seorang bangsa pribumi dengan
jabatan sebagai Asisten
Demang/Wedana ( sekarang Camat ).
Pada tanggal 28
Maret 1918 Afdeeling Komering Oeloe, Ogan Oeloe en Enim en de Ranau
Districten dimekarkan menjadi 3 daerah
Onder Afdeeling, yaitu :
1. Onder Afdeeling Ogan Oeloe dengan pusat perintahannya di Dusun Lubuk Batang,
Namun kemudian dipindahkan ke kota
Baturaja, dan tuan Konterilnya bertempat
tinggal dirumah Kapolres sekarang ini.
2. Onder AfdeelingMuaradua dengan ibu kotanya Muaradua.
3. Onder Afdeeling Komering Oeloe dengan ibu
kotanya Martapura.
Yang menarik
dikemudian hari bahwa ketiga Onder Afdeeling ini menjadi 3 kabupaten hasil pemekaran
yakni: kabupaten OKU, kabupaten. OKU Timur dan kabupaten OKU Selatan.
Setelah membaca
beberapa buku sejarah yang ada kaitannya dengan Kabupaten OKU, dan membaca
situs-situs sejarah Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Melayu, kerajaan
–kerajaan Islam Nusantara dan terutama
Kesultanan Palembang Darussalam, dengan sedikit uraian diatas, penulis
cenderung mengatakan bahwa tanggal 29 Juli 1910 adalah merupakan hari jadi
Kabupaten Ogan Komering Ulu yang kita cari selama ini, namun kalau ada yang
berpendapat lain sah-sah saja. Wassalam semoga bermanfat.
Baturaja, Juni 2011