Narrated by : H.
Ahmad Haidar ( pemerhati sejarah
pejuang OKU )
-
Sewaktu saya masih kanak-kanak disekitaran
tahun 1957-1960, saya sering mendengar kisah-kisah tentang beberapa Pejuang
Kemerdekaan di kota Baturaja, ada kisah
Ustadz Akmal yang dikubur hidup-hidup oleh tentara Jepang, ada kisah Kiyai Bambu
Seribu “Kiyai Hanafiah” yang dikarungi tentara Belanda dan dilemparkan ke dalam
Lubuk Rambai Sungai Ogan, dan juga saya pernah mendengar kisah heroik Pak Laba,
disersi Tentara KNIL Belanda asal Timor yang menyeberang menjadi TNI.
- Setelah Jepang bertekuk lutut,
tentara sekutu terutama Inggris diboncengi serdadu Belanda mulai masuk ke Indonesia dengan misi melucuti dan memulangkan
tentara Jepang, namun dibalik misi itu ada misi jahat lain, yakni ingin
merampas Kemerdekaan Indonesia,
dan menyerahkan Hindia Belanda (Indonesia)
kembali ketangan Belanda. Walaupun pada waktu itu Negara kita masih dalam keadaan
sarba kekurangan, baik Sandang maupun Pangan apalagi Persenjataan, namun dengan
semangat yang menggelora, tentara bersama rakyat bersatu bahu membahu menjaga
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dicita-citakan.
-
Di Kabupaten OKU (OKU, OKUT,
OKUS) tokoh-tokoh masyarakat dan pemuda bergerak cepat membentuk badan-badan
keamanan dan pertahanan, mereka tergabung kedalam BKR, TKR, TP dan TNI. Mereka
hanya besenjatakan senapan hasil rampasan dari tentara Jepang yang jumlahnya
masih sedikit sekali. Ada
juga sebagian dari mereka tergabung kedalam lasykar-lasykar rakyat yang hanya
bersenjatakan kecepek, tombak, bambu runcing dan golok. Kelompok ini terkenal
dengan sebutan “ Tentara Golok”. Untuk menguasai Indonesia kembali, tentara Belanda
melakukan agresi I dan ke II. Dalam menghadapi agresi Belanda banyak sekali terjadi
pertempuran-pertempuran di daerah OKU, baik secara terbuka maupun gerilya. a.l.
pertempuran di kota Baturaja, pertempuran di Peninjauan, Batu Putih, Batu
Kuning, Kemarung, Kungkilan, Talang Ladok, Tihang, Martapura, Bantan, Kotaway,
Simpang Sender, Pengandonan dan lain-lain. Kontak-kontak senjata ini banyak
sekali memakan korban jiwa di kedua belah pihak, terutama pertempuran di
Kemarung dan di pinggir sungai Ogan Ds. Batu Kuning, saking banyaknya Pejuang
kita yang gugur dan tentara Belanda yang tewas di Batu Kuning, beberapa hari setelah kejadian tersebut penduduk
di hilir Ds. Batu Kuning tidak dapat mempergunakan air sungai Ogan karena
banyak mayat serdadu yang hanyut terhapung.
-
Disuatu hari pada agresi I,
sepasukan tentara Belanda terdiri dari NICA dan KNIL tiba di stasiun K.A.
Baturaja, sewaktu mereka sedang melakukan apel siaga di pelataran stasiun K.A.
tiba-tiba sersan Laba muncul menembaki tentara Belanda dari jarak dekat sekali,
tentara Belandapun kocar-kacir, banyak yang tewas dan terluka, dengan gesit Sersan
Laba pun menghilang. Pak Laba adalah seorang Gerilyawan yang tangguh dan gesit
bersama-sama dengan tiga gerilyawan sahabatnya
dan ditemanai oleh seekor anjing pelacak yang terlatih mereka banyak sekali
merugikan pihak Belanda. Kegesitannya didalam bergerilya sangat harum dan terkenal,
ia dikagumi oleh kawan dan ditakuti oleh lawan.
-
Pada masa agresi II, Pak Laba bergerilya di Lampung
Selatan, dengan memiliki fostur tubuh tegap, kulit gelap dan rambut keriting, type-type
kebanyakan serdadu KNIL, ia bersama istrinya dengan mudah melenggang masuk ke asrama
serdadu Belanda, tanpa perlawanan yang berarti banyak serdadu Belanda yang
dihabisi oleh Pak Laba.
-
Bahkan dilain kesempatan Pak
Laba berhasil menyusup masuk kedalam Pasukan Belanda yang akan menyerang kota Pering Sewu Lampung
Selatan. Sewaktu pesawat-pesawat tempur Belanda melintas diatas pasukannya,
tiba-tiba Pak Laba menembaki pesawat tempur tersebut. Pesawat tempur Belanda
berbalik arah dan memuntahkan peluru senapan mesin kearah pasukannya sendiri
yang mengakibatkan banyak serdadu Belanda tewas dan terluka, seperti biasa Pak
Laba pun sudah menghilang.
-
Sehabis masa Revolusi phisik,
banyak para Pejuang kita yang berhasil meniti karir diberbagai lapang
kehidupan, Letnan Makmun Murod berhasil mencapai Jenderal Bintang 4, titik
tertinggi di TNI AD, ada Jenderal Alamsyah Ratu Prawiranegara, ada juga
Jenderal Riawacudu, Kol. Wahab Uzir, Kol. Wahab Sorobu, Brigjen. Asnawi Mangku
Alam dan banyak lagi lainnya. Namun apa hendak dikata banyak juga pejuang yang bernasib
menyedihkan. “ Sersan Laba” yang
namanya cukup harum di masa Revolusi phisik hanya menjabat sebagai Tukang
Potong karcis tanda masuk pintu bioskop di Kota Bumi. “Sersan Laba Pejuang yang
terlupakan” . Merdeka!!
-
Untuk mengenang
jasanya, kita sama berharap kiranya Pemkab OKU bersama DPRD OKU dapat
mengabadikan namanya, dengan memberi nama ruas jalan antara Tugu Simpang Tiga
Stasiun Kereta Api Baturaja sampai depan
halaman stasiun K.A. dengan nama jalan “ Pak Laba” atau “Sersan Laba”

Sumber : Buku
Sejarah Perjuangan Revolusi Kemerdekaan dalam Kab.
OKU
Oleh, Bpk. Nawawi Al. Haj ( Ayahanda Bapak
Bupati OKU Drs. Yulius Nawawi )
No comments:
Post a Comment